Lembar Persiapan Mengajar (LPM)
Bahan
Materi Pendampingan SL-PTT
Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu
Tahun
2010
di.
Kabupaten Wonogiri
Modul : 7
Pemupukan
N berdasarkan
Bagan
Warna Daun
Mengetahui,
Koordinator
Penyuluh
Kabupaten
Wonogiri
SOEHARTO,
SP
NIP.
19530129 197310 1 001
|
Penulis
TOTOK
SAYIDIMAN
NIP.
19650428 198709 1 002
|
Pendahuluan
Program peningkatan
produksi beras nasional (P2BN) oleh pemerintah melalui kementerian pertanian diharapkan negara kita mampu surplus beras 10 juta ton, ini merupakan target utama dari semua kegiatan penyuluhan pertanian, oleh karena itu upaya peningkatan penerapan teknologi baik melalui PTT maupun SRI untuk itu salah satu dari teknologi peningkatan produksi adalah pemupukan.
Tujuannya adalah : Agar penyuluh siap dalam melaksanakan tugas penyuluhan maka perlu disusun lembar persiapan penyuluhan/menyuluh
Standar
Kompetensi : Petani mampu mengaitkan komponen pemupukan N
berdasarkan (BWD) dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
|
||
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian
|
Materi Pokok
|
Petani
memiliki kemampuan memahami pemupukan
N berdasakan BWD merupakan komponen dalam penerapan Pengelolaan tanaman
terpadu
|
|
Pemupukan urea berdasarkan Bagan Warna Daun
(BWD)
|
Skenario Pembelajaran.
No
|
Langkah
|
Uraian
|
Waktu
|
Ket
|
1
|
Pendahuluan
|
Perkenalan/ucapan salam
|
+ 10
menit
|
Penjelasan
awal yang bisa menggugah motivasi petani
|
Memberikan
Apersepsi dan motivasi Penerapan pengelolaan tanaman terpadu komoditas padi
|
||||
2
|
Kegiatan inti
|
Penjelasan inti
materi :
|
+ 10 Menit
+ 10 Menit
+ 10 Menit
|
Penjelasan
inti materi tetapi bukan dengan satu arah tetapi dua arah untuk menciptakan
suasana lebih komunikatif semua warga belajar
|
3
|
Tanya Jawab / Diskusi
|
Memfasilitasi
petani untuk berfartisifatip dalam penguatan pemahaman
|
+ 15
Menit
|
Komunikatif
dan partisifatif petani harus lebuh besar
|
4
|
Kesimpulan
|
Masyarakat
mampu memahami sesuai dengan indikator yang di harapkan
|
+ 5
Menit
|
|
Alat dan Bahan
No
|
Alat
|
Bahan
|
1
|
Alat tulis
|
Kertas Plano
|
|
Untuk mendapatkan pertumbuhan padi yang baik, petani
cenderung menggunakan pupuk N yang
berlebihan. Padahal cara tersebut tidak
hanya pemborosan tetapi juga menyebabkan tanaman peka terhadap penyakit dan
mudah rebah selain merusak struktur kimia tanah dan mengganggu kesehatan
lingkungan. Agar efektif dan efisien,
penggunaan pupuk disesuaikan kebutuhan tanaman
dan ketersediaan hara dalam tanah.
Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat
kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), bentuknya persegi
panjang dengan 4 kotak skala warna, mulai dari hijau muda hingga hijau
tua. Dengan bantuan BWD dapat diketahui
apakah tanaman perlu segera diberi pupuk N atau tidak dan berapa takaran N yang perlu diberikan. Pemberian pupuk N berdasarkan pengukuran
warna daun dengan BWD dapat menekan biaya pemakaian pupuk sebanyak 15 - 20 % dari takaran yang
umum digunakan petani tanpa penurunan hasil, hal ini dikarenakan bisa
ditentukan takaran kebutuhan N, waktu, dan cara pemupukan yang tepat menurut
lokasi dan musim tanam, meningkatnya daya guna dan hasil guna pupuk, murah dan
mudah dilakukan, juga dapat dikerjakan oleh petani.
Penggunaan BWD untuk menentukan
waktu aplikasi pupuk N bisa dilakukan melalui 2 cara yaitu :
1. Berdasarkan waktu yang telah ditetapkan (fixed time).
Waktu pemupukan ditetapkan terlebih
dahulu berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman, antara lain fase pada pertumbuhan
awal (0-14 HST), saat pembentukan anakan
aktif (21-28 HST), dan saat pembentukan malai atau masa primodia. Untuk padi hibrida dan padi tipe baru (PTB)
dilanjutkan pada fase 10 % berbunga.
Nilai pembacaan
BWD digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga
lmenjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman. Dengan cara ini petani hanya perlu
melakukan 2-3 kali pengukuran warna daun
padi dengan BWD. Untuk kondisi Indonesia
disarankan untuk menggunakan cara ini.
Pembacaan BWD hanya dilakukan menjelang pemupukan kedua (tahap anakan
aktif,21-28 HST) dan pemupukan ketiga (tahap primordial,38-42 HST), dengan
tujuan untuk menghaluskan dosisi pupuk yang ditetapkan. Jika nilai pembacaan BWD berada di bawah
nilai kritis (< 4,0) maka dosis pupuk N yang diberikan dinaikan 25 % dari
jumlah yang sudah ditetapkan. sebaliknya
jika hasil pembacaan BWD diatas nilai kritis (> 4,0) maka dosis pupuk N yang
diberikan dikurangi sekitar 25 % dari jumlah yang sudah ditetapkan. Berikan 50 -75 Kg urea/ha sebagai pupuk dasar
atau pemupukan N pertama, sebelum tanaman berumur 14 HST, pada saat ini BWD
tidak perlu digunakan. Pada waktu
pemupukan kedua dan ketiga, bandingkan warna daun dengan skala BWD, bila warna
daun berada pada skala 3 atau kurang, maka berikan 75 kg urea/ha bila target
yang diinginkan adalah 5 ton/ha GKG.
Tambahkan urea 25 kg/ha untuk
setiap kenaikan target hasil 1 ton/ha.
Bila
warna daun mendekati skala 4, berikan 50 kg urea/ha pada target hasil GKG dan
tambahkan urea untuk setiap kenaikan target hasil 1 ton/ha.
Bila
warna daun pada skala 4 atau mendekati 5, tanaman tidak perlu dipupuk N kalau
target hasil 5-6 ton/ha, tambahkan urea 50 kg/ha kalau target hasil diatas 6
ton/ha. Kebutuhan Urea hasil pengukuran
BWD dapat dilihat pada table dibawah
ini.
Tabel 1.
Takaran
Urea yang diberikan sesuai dengan skala warna
daun pada penggunaan BWD berdasarkan waktu yang telah ditetapkan
Pembacaan BWD
|
Respon terhadap Pupuk
N
|
|||
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat tinggi
|
|
Target hasil
(Ton/ha GKG)
|
||||
≈ 5.0
|
≈ 6.0
|
≈ 7.0
|
≈ 8.0
|
|
Takaran Urea yang
digunakan (Kg/ha)
|
||||
BWD
≤ 3
|
75
|
100
|
125
|
150
|
BWD
= 3.5
|
50
|
75
|
100
|
125
|
BWD
> 4
|
0
|
0 - 50
|
50
|
50
|
Keterangan
: Target hasil pada kondisi unsur hara lain seperti P dan K tersedia secara
optimum
|
2.
Berdasarkan
kebutuhan riil tanaman (real time)
Waktu
pemberian pupuk berdasarkan nilai pembacaan Bagan Warna Daun (BWD) yang
sebenarnya, ketika tanaman sebelum 14 hari setelah tanam (HST) berikan 50-75 kg
urea/ha sebagai pupuk dasar atau pemupukan N pada saat ini BWD tidak perlu
digunakan,
Pengukuran warna daun padi dengen BWD dimulai pada 21-28 hari setelah tanam (HST) kemudian secara berkala diulang setiap 7 -10
hari sekali sampai diketahui nilai kritis saat pupuk N harus diaplikasikan,
sampai tanaman dalam kondisi bunting atau fase primodia. cara ini berlaku varietas unggul biasa. Khusus untuk padi hibrida dan pada tipe baru,
pengukuran tingkat kehijauan daun tanaman dilakukan sampai tanaman sudah
berbunga 10 %.
Pilih
secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun
teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun. Taruh bagian tengan daun diatas BWD, lalu
bandingkan warna daun tersebut dengan skala warna pada BWD. Jika warna daun berada diantara dua skala
warna di BWD, maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala tersebut, misalnya
3.5 untuk warna daun yang terletak diantara skala 3 dengan skala 4 BWD. Pada saat mengukur daun tanaman dengan BWD,
pengukur tidak boleh menghadap sinar matahari, kerena dapat mempengaruhi nilai
pengukuran. bila memungkinkan setiap
pengukuran dilakukan pada waktu dan oleh orang yang sama, supaya nilai
pengukuran lebih akurat. Jika lebih dari
5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas kritis atau dengan nilai
rata-rata kurang dari 4.0 maka tanaman perlu segera diberi pupuk N susulan sesuai dengan target hasil yang ingin
dicapai. Pada tingkat hasil yang ingin
dicapai sebesar 5 ton/ha GKG takaran pupuk urea susulan yang diperlukan adalah 50 kg/ha, selanjutnya
setiap peningkatan target hasil sebesar 1 ton/ha diperlukan tambahan 25 kg
urea/ha. Dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Pembacaan BWD
|
Respon terhadap Pupuk N
|
|||
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat tinggi
|
|
Target hasil (Ton/ha GKG)
|
||||
≈ 5.0
|
≈ 6.0
|
≈ 7.0
|
≈ 8.0
|
|
Takaran Urea yang digunakan (Kg/ha)
|
||||
BWD < 4
|
50
|
75
|
100
|
125
|
Keterangan : Target hasil pada kondisi
unsur hara lain seperti P dan K tersedia secara optimum
|
apa standar seorang petani yang baik?
BalasHapusterima kasih